Sabtu, 28 Januari 2017

MAKALAH pendekatan kompetensi dalam pendidikan seni rupa

Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan seni rupa dan kerajinan  tangan  Prodi PGSD pada Semester Tiga Tahun Ajaran 2016/2017
Dosen Pengajar : Bpk. Muhammad Reyhan Florean, M.pd
oleh : kelompok 9
1.      Anik Susanti                           (15186206029)
2.      Eriska Purnamasari                  (15186206041)
3.      Gita Silvia                               (15186206132)
Prodi PGSD III-B
STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Jalan Mayor Sujadi No. 7 Telp ./Fax 0355-321426
TULUNGAGUNG
2016





 KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada kami berupa makalah yang berjudul “Pendekatan Kompetensi Dalam Pendidikan Seni Rupa”. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah pada Rasulullah Muhammad SAW.
Makalah ini kami susun sebagai tugas yang diberikan dari mata kuliah Pendidikan Seni Rupa Dan Kerajinan Tangan SD PGSD III-B pada semester 3 tahun ajaran 2016/2017. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan kerja sama kepada :
1.      Bpk. Muhammad Reyhan Florean, M.pd. selaku dosen Pendidikan Seni Rupa Dan Kerajinan Tangan SD yang telah memberikan bimbingan dan membina penulis dalam menyelesaikan makalah ini;
2.      semua keluarga penulis yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik material maupun yang lainnya;
3.      serta teman-teman penulis yang membantu dalam penulisan makalah ini.
Atas segala partisipasi dari semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan jazakumullahu khairan katsiraa. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan baik isi maupun bentuk penulisannya, karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang kiranya dapat kami gunakan sebagai masukan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Tulungagung,   24 Oktober 2016
                                                                                                 Kelompok 9
   

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang............................................................................................. 2
1.2     Rumusan Masalah......................................................................................... 3
1.3     Tujuan Penulisan........................................................................................... 3
1.4     Manfaat Penulisan........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian seni rupa dalam pendidikan .......................................................  4
2.2  Pendekatan kompetensi pendidikan dalam seni rupa................................... 4
2.3  Pendidikan seni rupa sebagai pendidikan kreativitan dan emosi.................. 5
BAB III PENUTUP                                          
A.    Simpulan ....................................................................................................... 9
B.     Saran ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. iv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar belakang
Kebanyakan orang merasa bahwa dirinya tidak berjiwa seni, tidak mampu dibidang seni, atau enggan untuk belajar seni karena merasa kesulitan. Dengan adanya anggapan tersebut menyebabkan seseorang tidak tertarik untuk belajar seni, hanya cukup menikmati hasil karya seni orang lain tanpa adanya usaha untuk melatih diri supaya menghasilkan sebuah karya seni. Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif.
Pada dasarnya pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiasif dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh. Sikap ini akan tumbuh, apabila dilakukan serangkaian proses kegiatan pada siswa yang meliputi kegiatan pengamatan, penilaian, dan pertumbuhan rasa memiliki melalui keterlibatan siswa dalam segala aktivitas seni di dalam kelas dan atau di luar kelas.
Pendekatan seni dalam pendidikan adalah sebagai bentuk pendidikan seni sebagai upaya pewarisan dan sekaligus pengembangan atas beragam seni kepada anak didik. Kesenian yang telah dimiliki masyarakat agar tidak punah dan malah berkembang, oleh karena itu anak didik perlu dididik agar pandai dalam bidang seni. Pada gilirannya dapat dihasilkan calon-calon seniman yang handal. Pendidikan melalui seni adalah bentuk pendidikan seni yang digunakan sebagai upaya, sarana, alat atau media pencapaian sasaran pendidikan secara umum. Melalui pendidikan seni diharapkan dapat menghasilkan anak didik yang memiliki keterampilan, kreatif dan inovatif.
Dibutuhkan kemampuan apresiasi yang tinggi untuk memahami lebih dalam nilai-nilai karya seni, yang tentunya dapat tercapai apabila penikmat seni itu memiliki tingkat kecerdasan dan kemampuan menanggapi makna-makna yang terkandung dalam karya seni tersebut.
1.2  Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pengertian seni rupa dalam pendidikan?
2.       Bagaimakah pendekatan kompetensi dalam pendidikan seni rupa itu ?
3.      Apakah maksud dari pendidikan seni rupa sebagai pendidikan kreatifitas dan emosi?
1.3  TUJUAN
1.      Mengetahui pengertian seni rupa dalam pendidikan.
2.      Mengetahui pendekatan kompetensi dalan pendidikan seni rupa.
3.      Mengetahui maksud pendidikan seni rupa sebagai pendidikan kreatifitas dan emosi.
1.4  Manfaat penulisan
Dengan membaca makalah ini pembaca bisa mengerti akan pendekatan kompetensi dalam pendidikan seni rupa dan mengetahui maksud pendidikan seni rupa sebagai pendidikan kreatifitan dan emosi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Pengertian Seni dan peran dalam pendidikan
Pendidikan Seni, khususnya seni rupa hadir sebagai bagian integral dari prinsip pendidikan. Artinya, pendidikan seni rupa sebagai bagian dari pendidikan umum yang mendapat kewajiban (tugas) utama melatih kepekaam rasa: estetis (keindahan), maupun apresiasi seni, melalui pembelajaran praktek berkarya seni rupa. Pembelajaran seni rupa yang dimaksudkan adalah pendidikan untuk anak yang didasari oleh pembinaan intelegensi rupa (visual intelligenci) dengan kemampuan memahami objek secara komprehensif maupun detail. Pemahaman terhadap objek dengan kinerja belajarnya melalui pengamata, asosiasi, pemahaman bentuk akhirnya berekspresi. Lingkup seni sebagai hasil aktivitas artistik yang meliputi seni suara, seni gerak dan seni rupa sesuai dengan media aktivitasnya. Media dalam hal ini mempunyai arti sarana yang menentukan batasan-batasan dari lingkup seni tersebut.
2.2  Pendekatan Kompetansi Dalam Pendidikan Seni Rupa
Pendidikan kompetensi sesungguhnya sudah agak lama dikenal dalam sistem pendidikan guru yang dikenal dengan PGBK (Pendidikan Guru Berdasar Kompetensi). Pendekatan kompetensi sering dianggap sebagai reaksi atas pendekatan yang mengacu kepada materi (termasuk dicipline based art education, disingkat DBAE ). Tetapi jika direnungkan sebetulnya arahnya sejalan, karena materi yang dipilih pada dasarnya dijabarkan dari kompetensi yang diharapkan. Bedanya, pada pendekatan kompetensi terlebih dahulu yang ditetapkan adalah kompetensinya.
Inti pandangannya adalah bahwa setiap bahan ajar yang dipilih serta metode dan media yang digunakan harus diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa. Untuk setiap jenjang pendidikan, perlu ditetapkan kompetensi apa yang harus dikembangkan. Gagasan ini tampaknya didorong oleh hasrat perlunya menyiapkan sejak dini pembentukan SDM yang memiliki kemampuan handal, kompetitif, khususnya menghadapi persaingan global masa depan. Dalam bidang seni, pendekatan kompetensi menjadi bahan pembahasan dan disepakati sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran seni di Indonesia. Konsep dasar pendekatan kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar-mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Puskur-Balitbang Depdiknas, 2002).
v  Implikasi Pendekatan Kompetensi
Implikasi pendekatan kompetensi dalam aspek pelaksanaan adalah bahwa kegiatan belajar-mengajar terarah kepada suatu sasaran yang berbentuk kompetensi siswa setelah mengikuti suatu program dalam limit waktu tertentu. Pembelajaran tidak asal berlangsung, tapi terkontrol, bertahap, berkelanjutan. Ekspresi-kreasi sukar diduga, sukar diukur, sukar dilatih, karena dorongannya ada di dalam diri individu. Dalam hal ini, ukuran-ukuran kompetensi tak bisa lain kecuali bersifat fleksibel, multikriteria dan kualitatif, seperti terungkap dari kata-kata: siswa memiliki kemampuan berapresiasi,dst.
Pendekatan DBAE maupun pendekatan kompetensi sama-sama memiliki harapan agar pembelajaran itu berkualitas dan bermakna, tidak sekedar merasa cukup jika siswa ramai-ramai berkarya, tetapi karyanya itu-itu juga dari waktu ke waktu baik dalam tema, bentuk maupun gagasan.
2.3           Pendidikan Seni Rupa Sebagai Pendidikan Kreatifitas dan Emosi
·         Pendidikan kreatifitas
De Francesco (1958) menyatakan bahwa pendidikan seni mempunyai kontribusi terhadap pengembangan individu antara membantu pengembangan mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial, dan fisik. Aspek kreativiitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Apalagi di masa pembangunan ini, orang yang berdaya kreatif sangat dibutuhkan guna mengembangkan ide-ide yang konstruktif yang akan membantu pemerintah dan masyarakat dalam memajukan kehidupan dan berkebudayaan.
Pembinaan kreatifitas manusia sebaiknya dilakukan sejak anak-anak. Kondisi lingkungan yang kreatif dan tersedia kesempatan untuk melakukan berbagai kegiatan kreatif  bagi anak-anak akan sangat membantudalam mengembangkan budaya kreatifitasnya. Perlu diingat bahwa dunia anak-anak merupakan awal perkembangan kreatifitasnya.
Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan dan rekreasi. Dalam seni, setiap orang dinilai memiliki kreatifitas dan kecerdasannya masing-masing. Seni dapat memfasilitasi setiap orang untuk menuangkan atau mencurahkan segala kreatifitas berdasarkan kehendak masing-masing orang itu sendiri. Kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak ada yang membuatnya. Kreatifitas bisa berupa kegiatan imajinatif dan sintesis pemikiran yang hasilnya hanya perangkuman. Pada umumnya, kreatifitas diartikan dengan daya atau kemampuan untuk mencipta, tetapi sebenarnya kreatifitas memiliki arti yang lebih, meliputi :
1.    Kelancaran menanggapi suatu masalah, ide atau materi.
2.    Kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam setiap situasi.
3.    Memiliki kepastian atau selalu dapat mengungkapkan sesuatu yang lain daripada yang lain.
4.    Mampu berpikir secara integral, bisa menghubungkan yang satu dengan yang lain serta dapat membuat analisis yang tepat.
Perlu dingat bahwa dunia anak-anak merupakan awal perkembangan kreativitasnya. Pada anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun merupakan the golden age of creative expression. Ekspresi artistik merupakan salah satu kebutuhan anak-anak, oleh karena itu kebebasan berkarya dengan berbagai media dan metode pada kegiatan seni anak-anak menjadi pendekatan utama dalam pendidikan seni rupa. Ruang lingkup bahan pengajaran Pendidikan Seni Rupa bagi anak-anak TK dan SD meliputi kegiatan berkarya dua dimensional dan tiga dimensional. Kegiatan menggambar, mencetak, menempel, dan kegiatan berkarya seni rupa dua dimensional lainnya yang menyenangkan anak dengan media dan cara-cara yang sederhana dapat dikembangkan dalam kegiatan belajar-mengajar. Juga kegiatan mematung, membentuk, merangkai, dan menyusun dari berbagai media dan dengan cara-cara yang menyenangkan anak akan membantu pengembangan kreativitasnya.
·      Pendidikan emosi
Pentingnya pendidikan emosi telah diungkapkan para ahli pendidikan sejak lama. Fransesco (1958), seorang ahli pendidikan seni rupa mengemukakan pendidikan seni rupa antara lain sebagai penghalus rasa dan pendidikan emosi. Dikemukakan, penguasaan emosi sangatlah penting, khususnya pada manusia di zaman modern. Dalam seni, emosi disalurkan ke dalam wujud yang memiliki nilai ekspresi-komunikasi. Kegiatan penguasaan dan penyaluran ekspresi tadi menjadi dinamis dan bersemangat.
Psikologi telah mempelajari bahwa otak memainkan peranan dalam berbagai kegiatan manusia dalam fungsi-fungsi: kognitif, afektif (emosional, sosial), fisik (gerak) dan intuitif (Clark, dalam Hanna Widjaja,1996). Jadi untuk mencapai perkembangan integral, semua fungsi ini perlu dikembangkan. Ditengarai, bahwa dalam kehidupan nyata, banyak persoalan yang dipecahkan secara jitu dengan menggunakan kecerdasan emosi yang sering kali mendahului berjalannya kecerdasan rasio (intelijen). Orang sering membedakan antara tindakan yang menggunakan otak dan hati. Mungkin sekali, nenek moyang kita zaman dahulu banyak mengaktifkan kecerdasan emosi dalam menghadapi tantangan lingkungannya. Pendidikan seni rupa yang banyak melibatkan emosi, intuisi dan imajinasi dapat dijadikan salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan emosi. Lebih jauh lagi, pendidikan seni dapat juga menjadi semacam penyembuh (therapy) atau penyehat mental dalam hal tercapainya kepuasan dan keberanian baru. Cara yang efektif untuk pendidikan emosi adalah memberi peluang dan stimulasi yang memungkinkan para siswa dapat bekerja dengan rasa aman serta penuh percaya diri. (Fransesco, 1958).
BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Pendidikan seni rupa sebagai bagian dari pendidikan umum yang mendapat kewajiban (tugas ) utama melatih kepekaam rasa: estetis (keindahan), maupun apresiasi seni, melalui pembelajaran praktek berkarya seni rupa.
Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan dan rekreasi. Dalam seni, setiap orang dinilai memiliki kreatifitas dan kecerdasannya masing-masing. Pendekatan DBAE maupun pendekatan kompetensi sama-sama memiliki harapan agar pembelajaran itu berkualitas dan bermakna, tidak sekedar merasa cukup jika siswa ramai-ramai berkarya, tetapi karyanya itu-itu juga dari waktu ke waktu baik dalam tema, bentuk maupun gagasan.
Pendidikan seni mempunyai kontribusi terhadap pengembangan individu antara membantu pengembangan mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial, dan fisik. Aspek kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dikemukakan, penguasaan emosi sangatlah penting, khususnya pada manusia di zaman modern. Dalam seni, emosi disalurkan ke dalam wujud yang memiliki nilai ekspresi-komunikasi. Kegiatan penguasaan dan penyaluran ekspresi tadi menjadi dinamis dan bersemangat.
3.2     Saran
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan dari bentuk maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada pembaca agar ikut peduli terhadap pendidikan, kreatifitas, dan emosi untuk anak bangsa sehingga seni rupa berperan dalam pendidikan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki kesalahan dalam penulisan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz,Abdul. 2013. Pendekatan Berbasis Disiplin Ilmu dan Pendekatan Kompetensi dalam Pendidikan Seni Rupa_(online).
http://sen1budaya.blogspot.co.id/2013/08/pendekatan-berbasis-disiplin-ilmu-dan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar